8 ALASAN Menuju Hidup Yang Tanpa Tujuan


8 Alasan yang paling sering dikemukakan ketika pertanyaan "Mengapa Anda tidak bersemangat mengejar impian tujuan hidupmu ?"

  • Sebagian orang tidak mempunyai keyakinan yang kuat bahwa tujuan hidupnya dapat dicapai. Umumnya semangat juangnya sudah menurun seiring dengan berjalannya waktu. Kemungkinan tujuan yang ditetapkannya cukup "tinggi" dan tidak disertai dengan tahapan-tahapan yang semestinya disusun sebagai "batu loncatan".
  • Sebagian orang tidak mengetahui bagaimana cara untuk menyusun sebuah rencana. Tanpa perencanaan yang baik, tujuan yang ada menjadi terasa sangat sulit untuk dicapai.
  • Sebagian orang merasa malas untuk melakukan perencanaan tersebut. Tujuan yang ditetapkannya mungkin kurang menantang, sehingga mereka tidak termotivasi dengan baik.
  • Sebagian orang mempunyai sikap "tidak peduli" dengan tujuan hidupnya. Orang-orang yang bersikap tidak peduli pada kehidupan pribadinya, bukanlah orang-orang yang menghargai dirinya sendiri.
  • Sebagian orang merasa malas untuk berusaha lebih keras untuk "mengejar" tujuan hidupnya. Tujuan yang kurang menantang bisa saja membuat mereka bersikap "mau dapat ... boleh ..., mau tidak dapat ... juga boleh ..."
  • Sebagian orang merasa bahwa mereka terlalu sibuk. Padahal kenyataannya, banyak yang karena tidak menyusun rencana, maka mereka menjadi terlalu sibuk melakukan hal-hal tanpa tujuan yang jelas, dan akhirnya menjadi seolah-olah bergerak berputar terus dalam lingkaran tak berujung.
  • Sebagian orang tidak ingin melakukannya karena pernah mengalami kegagalan sebelumnya. Luka dalam yang terjadi perlu diatasi dengan terapi yang tepat, sehingga tidak menjadi trauma yang membatasi dinamika kehidupan kita.
  • Sebagian orang sungguh-sungguh tidak mengerti apa saja yang perlu dilakukannya untuk mencapai tujuan yang diimpikannya. Mereka yang mengalami situasi ini, sangat mungkin memerlukan konseling lebih lanjut.
Hidup tanpa tujuan yang jelas identik dengan pertandingan sepak bola tanpa gawang. Kita akan menjadi sibuk mengendalikan bola, namun arah yang dituju tidak pernah menjadi jelas. Akibatnya, tidak pernah ada kata keberhasilan  dalam kamus mereka !


MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Seringkali manajemen pemeliharaan bangunan, mesin dan peralatan kurang diperhitungkan, karena sebagian besar orang berpikir bahwa pemeliharaan hanya merupakan biaya (
cost) dan tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Kenyataannya, manajemen pemeliharaan diperlukan justru untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan, dalam bentuk antara lain, penghematan biaya melalui optimalisasi mesin dan peralatan serta infrastruktur penunjangnya.
Contoh yang paling sederhana, misalnya kita berpikir mengenai pemeliharaan pada air-conditioner (AC). Bila tidak dilakukan pembersihan secara berkala, pendinginan ruangan lama kelamaan akan berkurang dan kenyamanan kerja tentunya akan menurun. Selain itu, kemungkinan besar dapat terjadi kerusakan pada sistem outdoor-nya (khususnya didaerah yang berdebu) maupun indoor-nya (filter yang tertutup kotoran akan membuat pendinginan kurang sempurna dan kerja berat bagi sistem sirkulasi udaranya). Dampak yang paling terasa adalah ketika AC tersebut mati, dan mungkin perlu biaya yang cukup besar apabila ternyata perlu penggantian compressor.

Dalam hubungan dengan departemen lain, sistem pemeliharaan mesin yang efektif dapat dilihat, misalnya dari semakin sedikitnya waktu mesin produksi mengalami kondisi gagal operasional,  atau jumlah produksi yang meningkat dengan kualitas yang lebih baik. Hal tersebut akan terpantau melalui laporan dari bagian produksi, cost-accounting, quality control, maupun bagian lainnya.
Untuk menyegarkan kembali ingatan kita, kita dapat memahami sistem pemeliharaan dapat dikelompokkan menjadi :

> Preventive Maintenance : merupakan pemeliharan mesin atau peralatan dengan melalui tindakan pencegahan kerusakan, di mana keputusan penggantian suku-cadangnya didasarkan pada acuan jam operasional suatu mesin atau peralatan. Contohnya, penggantian filter udara, rusak atau tidak rusak, wajib dilakukan setiap 1000 jam operasional. Tentunya acuan 1000 jam tersebut harus mempunyai dasar pertimbangan yang kuat.

> Predictive Maintenance : merupakan pengambilan keputusan untuk pelaksanaan pemeliharaan diambil berdasarkan hasil inspeksi kondisi mesin yang dilakukan secara periodik. Contohnya, data hasil inspeksi mesin menunjukkan vibrasi yang meningkat dari kondisi "hijau" menjadi kondisi "kuning". Maka keputusanpun diambil untuk melakukan pemeliharaan mesin (penggantian suku-cadang ataupun tindakan lainnya) sebelum kondisi mesin mencapai "merah". Hasil inspeksi tersebut digunakan untuk memprediksi (meramalkan) kapan kira-kira waktunya mesin tersebut akan mengalami kondisi vibrasi "merah".
Apabila kondisi vibrasi masih "hijau", yang dilakukan adalah tindakan pemeliharaan rutin yang ringan, sambil memantau kondisi vibrasi mesinnya secara berkala. 

> Pengambilan keputusan berdasarkan Condition-Based Maintenance adalah sejenis dengan Predictive Maintenance. Keduanya merupakan hasil dari tindakan inspeksi proaktif yang umumnya menggunakan alat untuk mendeteksi kondisi mesin atau peralatan.

> Corrective Maintenance : Tindakan korektif atau perbaikan yang dilakukan setelah mesin atau peralatan mengalami gangguan operasional.

Tentunya masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri, baik ditinjau dari segi persiapannya, pelaksanaannya, maupun dari evaluasi hasil tindakannya.
Agar pelaksanaan dari sistem pemeliharaan tersebut dapat lebih efektif, tentunya diperlukan persiapan yang teratur dan sistematik, misalnya dalam keterkaitannya dengan ketersediaan suku-cadang, kemampuan personil, kesiapan workshop penunjang, dan kondisi peralatan inspeksi yang digunakan, leadtime pemesanan suku-cadang, dan ketersediaan waktu yang dijadwalkan oleh bagian perencanaan produksi.