Untuk mempertahankan kemampuan kompetitifnya di tahun-tahun mendatang, perusahaan seyogyanya memikirkan adanya progam pengembangan kepemimpinan. Di setiap perusahaan pasti bisa ditemukan karyawan yang berbakat menjadi pemimpin yang tampak menonjol dalam aktivitasnya sehari-hari, namun banyak perusahaan juga yang masih harus berjuang untuk mempertahankan mereka.
Artikel dari majalah Forbes, yang dimuat pada tanggal 13 Desember 2012 ini, menjelaskan mengenai suatu evaluasi mengenai peta situasi kepemimpinan telah dilakukan di berbagai perusahaan, dengan mengamati budaya kerja sesungguhnya yang ada di saat itu, serta bagaimana para karyawan yang penuh bakat tersebut (kita sebut saja sebagai 'calon pemimpin') saling berinteraksi dengan perilaku manajemen perusahaannya.
Dari hasil evaluasi inilah diperoleh 10 alasan mengapa para calon pemimpin di perusahaan-perusahaan tersebut kemudian memutuskan untuk meninggalkan tempat kerjanya.
1. Semangat Kerja Yang Tidak Tersalurkan Dengan Baik
Sebagai pemimpin perusahaan, kita perlu memikirkan bagaimana caranya untuk mensinkronkan gairah atau semangat kerja mereka dengan target dan rencana perusahaan. Calon pemimpin yang potensial pasti mempunyai dorongan hati yang kuat yang mengendalikan semangat kerjanya. Hal itu akan tampak dari ide-ide dan inisiatif berkesinambungan yang keluar dari mereka. Kondisi ini perlu segera dicermati dan ide-ide dan inisiatif mereka perlu ditanggapi dan disalurkan secara positif, dan bukan dihambat ataupun dibatasi. Ketika ide-ide dan inisiatif terhambat, sangat mungkin akan timbul kekecewaan, dan selanjutnya dapat berkembang menjadi sikap pesimis dan apatis.
2. Tantangan Intelektual Yang Tidak Optimal
Orang-orang yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi umumnya tidak suka untuk tingggal diam dan menekuni sesuatu yang statis atau tanpa perubahan yang berarti. Apabila pemikiran mereka tidak mendapat tantangan yang cukup, dan mereka hanya dibatasi untuk melakukan hal-hal yang rutin dan statis, cepat atau lambat mereka akan mencoba mencari orang atau perusahaan lain yang dapat memberi mereka ruang gerak kerja yang dinamis.
3. Kreativitas Yang Terhambat
Kreativitas diperlukan untuk meningkatkan, mengembangkan dan menambah nilai dari suatu aktivitas. Para calon pemimpin biasanya menunjukkan keinginan untuk berubah dan berinovasi. Ada suatu kepuasan ketika mereka diberi kesempatan "membubuhkan sidik jarinya" (= mendapatkan pengakuan) atas hasil karya mereka. Sangat disarankan untuk tidak menempatkan mereka di dalam suatu kotak aktivitas kerja yang penuh batasan-batasan.
Ada kalimat bijak yang perlu kita cermati, "Apakah gunanya kita mempunyai banyak kuda balap apabila kita tidak memberi mereka kesempatan untuk berlari ?"
4. Kemampuan Yang Tidak Berkembang
Berbicara mengenai kepemimpinan, adalah berbicara mengenai tujuan. Tidak peduli seberapa cerdasnya atau berpotensinya seseorang, dalam kepemimpinan selalu ada ruang untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah menuju ke kedewasaan perilaku dan emosi.
Apabila keinginan untuk bertumbuh dan berkembang dibatasi, maka cepat atau lambat seseorang akan pergi meninggalkan kita.
5. Pendapat Yang Tidak Didengarkan
Para calon pemimpin umumnya adalah orang-orang yang mempunyai banyak pemikiran-pemikiran dan ide-ide positif yang timbul dari pengalaman maupun dari kreativitas mereka. Jika para pemimpin perusahaan gagal untuk mendengarkan mereka, maka tentunya mereka akan berpikir untuk mencari perusahaan yang dapat lebih menghargai pemikiran dan ide-ide yang dimilikinya.
6. Kurang Mendapat Perhatian
Tentunya seseorang bekerja untuk mendapatkan upah, namun ternyata hal itu bukanlah satu-satunya syarat utama yang membuat bekerja itu nyaman.
Faktor emosional adalah syarat lain yang sangat perlu diperhatikan. Hubungan emosional yang baik adalah hubungan yang saling menghargai, tidak memanfaatkan orang lain demi memenuhi ego seseorang namun kebutuhan untuk saling mengisi atau melengkapi, dan memandang orang lain sebagai rekan kerja.
7. Tidak Mempunyai Pemimpin Yang Tepat
Kegagalan umumnya bukanlah terletak pada produknya, ataupun pada bisnisnya, tetapi lebih banyak pada para pemimpinnya. Perlu diperhatikan pola kepemimpinan apa yang akan lebih sesuai dengan kondisi yang ada.
Pola kepemimpinan yang fair (= adil) dalam memperlakukan, serta kepemimpinan yang menghargai, merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan.
8. Kontribusinya Kurang Dihargai
Para pemimpin yang baik tidak mengambil pengakuan atas keberhasilan dari subordinatnya. Para pemimpin yang baik akan dengan tulus menyatakan penghargaan atas keberhasilan subordinatnya. Mereka berani mengambil tanggung-jawab atas keputusan akhir, namun harus tetap tulus menyatakan fakta keberhasilan subordinatnya.
9. Tanggung-Jawab Yang Kurang Optimal Dan Tidak Berkembang
Kemampuan untuk memimpin hanya akan berkembang apabila tanggung-jawab juga dikembangkan. Tanggung-jawab kepemimpinan yang tidak jelas dan terlalu dibatasi, hanya akan mengkerdilkan kemampuan memimpin dari orang-orang yang mempunyai bakat potensi di masa depan.
10. Komitmen Yang Tidak Terlaksana
Pernyataan dan janji yang pernah disampaikan ke para calon pemimpin sangatlah penting untuk diperhatikan. Pernyataan yang tidak konsisten serta janji yang tidak dipenuhi hanya akan memperburuk situasi dan memperbesar kemungkinan para calon pemimpin untuk minggat ke tempat lain.
Secara umum dapatlah disimpulkan bahwa jika kita, para pemimpin perusahaan, kurang menyediakan waktu untuk mendengar dan memahami orang-orang yang berpotensi untuk menjadi pemimpin yang baik, kurang menyediakan waktu untuk memperhatikan mereka, maka cepat atau lambat, mereka akan berpikir untuk mencari tempat yang lebih sesuai untuk mengembangkan kemampuan dan karirnya.
[ Source : Forbes, 13 Des'12 ]